Karena, dalam banyak hal perempuan lebih hebat daripada laki-laki. Emansipasi, justru, merendahkan martabat dan membuatnya setara dengan laki-laki. Emansipasi menjadikan “Laki-laki” sebagai tolok ukur. Ini satu kata yang kotor, karena ini tidak memperhitungkan potensi seorang perempuan. Standar dan martabat perempuan, keduanya tak pernah disadari. Kaum perempuan dibuat, dan lebih dipaksa untuk memenuhi tolok ukur kaum lelaki. Pertanyaannya adalah : Untuk apa? Kenapa seorang perempuan
harus berjuang untuk memenuhi tolok ukur itu? Bukankah ia memiliki tolok ukurnya sendiri.

Dari sudut pandang spiritual “Perempuan dan Lelaki adalah sama”. Di sana pertanyaan emansipasi tak pernah muncul. Pada titik itu, masalah tolok ukur, status juga tak relevan. Dan tak berguna untuk dibahas.

Jiwa melampaui semua pembahasan dan penjelasan. Ini tak butuh persetujuan ataupun penyangkalan. Ini adalah ini. Dan Ini Utuh dalam Dirinya sendiri. Tak ada perdebatan di sana, tak ada apa-apa.

Di sini, kita perlu mendiskusikan sesuatu, tapi bukan yang tak ada apa-apa melainkan jiwa dalam bentuknya yang paling kasat. Ya…kekasatannya yang kita bisa diskusikan di sini. Dalam bentuknya yang halus, jiwa-jiwa mereka, lelaki dan perempuan tetaplah sama. Mereka tak beda. Tapi dalam bentuknya yang kasat, mereka sama sekali berbeda. Kekasatanlah yang membuat perbedaan. Dan, kita harus menatap tajam guna menembus kekasatan ini.

Aku mengatakan bahwa perempuan lebih hebat dari lelaki di beberapa bidang.

Dengan kata lain, aku coba juga mengatakan bahwa di beberapa bidang tlain lelaki juga lebih hebat dari perempuan. Ada wilayah di mana perempuan lebih hebat, dan ada wilayah di mana lelaki lebih hebat. Masing-masing unik. Masing-masing memiliki kualitas tertentu. Yang membuat mereka saling mengisi satu sama lain. Itu pula yang membuat perempuan dan lelaki saling melengkapi satu sama lain.

Maka, pertama kali mari kita tinggalkan debat tentang superioritas dan inferioritas. Perempuan tak lebih rendah ketimbang lelaki, dan sebaliknya lelaki tak lebih rendah dari perempuan. Masing masing superior – dalam pembawaannya masing-masing, di wilayah mereka masing-masingi.

Tapi, karena aku menulis tentang perempuan, maka dalam artikel ini aku akan menegaskan pada diriku sendiri bahwa perempuan memang lebih hebat dan aku akan mendiskusikan tentang lelaki hanya jika memang dibutuhkan….

Oleh karena itu, kita kembali ke pokok bahasan “kekasatan” tadi yang menjelaskan kenapa perempuan lebih hebat dalam banyak hal…pertama, mari kita periksa otaknya:

  1. Ini ilmiah, lebih spesifiknya, secara bilogis, terbukti kini bahwa otak bagian depan perempuan lebih besar ketimbang yang dimiliki lelaki. pada kaum perempuan, bagian ini lebih cepat dewasa ketimbang lelaki. Menariknya lagi, bagian ini berkaitan dengan kemampuan untuk melatih Pengendalian-Diri.

Anda bisa mengacu pada kitab-kitab suci, Veda, Tao, Buddhis, Jain, Kristiani, dan Islam, apapun – mereka semua sepakat bahwa “Pengendalian Diri” adalah “Kebajikan Tertinggi“. Sayang sekali terjadi pula kesalahpahaman dan juga mispersepsi tatkala seseorang mengutip kitab-kitab suci yang sama untuk membuktikan inferioritas perempuan dan meletakkannya di bawah telapak kaki lelaki. Asumsi semacam itu adalah pernyataan yang paling awal, umum dan universal ditemukan di semua kitab-kitab suci.

Sebenarnya dengan menggunakan keunggulan yang satu ini, perempuan bisa menjadi pemimpin yang lebih baik, mereka bisa mencapai ketinggian yang tak berbatas. Dan, kabar baiknya adalah, mereka bisa mewujudkannya lebih awal dan cepat ketimbang lelaki.

  1. Amydala dalam otak perempuan membuatnya lebih kalem dan tak gampang marah, dan yang terakhir yang perlu diingat,
  2. Bagian Insula di otak, yang memang lebih besar dan aktif, membuat mereka lebih intuitif. Tak seperti lelaki, perempuan dapat menyingkap tabir Kebenaran secara utuh, sehingga tak perlu repot bekerja dengan aneka fakta dan data yang terpisah-pisah.

Mereka dapat menjadi hakim yang lebih baik, advokat dan pengacara handal, mereka lebih baik dalam pekerjaan di mana kemampuan pengambilan keputusan amatlah penting.

Perempuan kurang berotot, makanya tentu saja tak cocok menjadi kuli ataupun tukang angkut barang. Pekerjaan semacam itu biarlah untuk lelaki. Tak masalah.

Perempuan kurang menggunakan rasio, ia bukan seorang filsuf, makanya seorang pria menjadi Plato dan Socrates. Tak masalah juga. Perempuan lebih perasa, perasaanya lebih peka, mereka bisa mencintai dengan lebih baik – dan itulah yang dunia kita saat ini butuhkan. Itulah yang dibutuhkan tiap saat. Perempuan mampu memenuhi kebutuhan itu.

Kromosom perempuan X-X, 23-23 – ia lengkap, utuh.
Lelaki X-Y, 23-22 – ia kurang satu kode. Kita ketahui bersama bahwa kromosom “X” dalam diri pria diwarisinya dari Ibu. X adalah energi feminin, yang membuat kita berkembang. Seorang lelaki tak bisa exist tanpa X, ia tak bisa exist hanya dengan Y-Y. Sedangkan perempuan bisa tetap exist tanpa kehadiran Y, ia dapat exist hanya dengan X-X.

Acapkali ada seorang perempuan di belakang seorang pria yang sukses.
Dan, ini alamiah sekali – karena perempuan adalah personifikasi dari Kekuatan. Dalam tradisi Vedanta, ia di sebut Shakti. Dan, Shakti berarti Energi, Daya, Kekuatan.

Kekuatan mereka terletak pada kelembutan dan kehalusannya, yang membuatnya penuh rasa kasih dan empati. Perempuan merupakan perawat yang telaten. Mereka bisa merawat dengan lebih baik.

Sebagai seorang Ibu ia menjaga dengan penuh kasih sayang.
Sebagai seorang adik atau kakak perempuan, ia memberi dukungan.
Sebagai seorang istri atau kekasih, ia menguatkan.

Aku bertanya-tanya apakah mereka yang ingin meletakkan perempuan di telapak kaki laki-laki cukup sadar dan paham akan fakta-fakta semacam ini. Dan bisa jadi inilah sebab utama kenapa mereka berupaya menindas perempuan, menjadikannya berada di bawah subordinasi lelaki. Karena mereka tahu bahwa mereka tak bisa bertahan dalam persaingan.

Di beberapa negara perempuan dibelenggu karena alasan semacam itu. Mereka tak diijinkan bergerak bebas dan berkembang. Mereka ditempatkan di balik pintu yang terkunci rapat, di bawah kerudung tertutup. Mereka dibentengi dengan 4 tembok tebal. Betapa menyesakkan! Sayangnya, beberapa perempuan mulai percaya bahwa memang itulah takdirnya. Ini amat memalukan. Memalukan bagi yang percaya dan bagi kita yang membuat mereka mempercayai hal tersebut. Tak ada kejahatan yang lebih besar dari tindakan semacam ini.

Perempuan harus tahu kekuatan mereka. Mereka harus memahami peran mereka dalam menentukan takdir dunia, masa depan dunia. Mereka bukanlah makhluk yang tak berdaya yang hanya bisa hidup dari belas kasihan lelaki. Mereka berada di dunia ini untuk sama-sama berbagi dan menghadapi segala tantangan hidup serta berpartisipasi dalam evolusi kemanusiaan kita.

Dunia ini bukan hanya milik lelaki.
Ini milik semua lelaki dan perempuan. Dunia ini milik semua binatang melata di darat dan burung-burung di udara. Seorang perempuan, yang tak menyadari hal ini, tak menghargai Tugas dan Peran yang dianugerahkan oleh Sang Keberadaan sendiri – Ini menghina derajat kaum perempuan. Dan, perempuan semacam ini tak bisa ditolong. Tapi, seorang perempuan sejatinya memang tak membutuhkan pertolongan sama sekali. Ia mampu mengangkat dirinya sendiri.

Maka, berhentilah berjuang untuk emansipasi.

Ketahuilah bahwa itu tak berarti dan tiada berguna. Keperempuanmu sudah menjadi milikmu/takdirmu. Tak ada yang perlu diperjuangkan/direbut. Dan, keperempuanan adalah kekuatanmu. Kamu sudah kuat. Yang diperlukan hanyalah kesadaran, jadilah sadar akan kekuatanmu. Itu saja.

(Terjemahan oleh Nunung)