Orang memujanya, menyembahnya, tapi juga memandang rendah dirinya. Michael Jackson, lahir sebagai seorang bintang, ia merupakan sebuah enigma dalam kehidupan dan tetap menjadi enigma dalam kematian.
Sehari paska kematian sang bintang, ormas keagamaan di Jakarta memasang sebuah spanduk, memanggilnya sebagai “saudara” dan mengucapkan selamat jalan kepadanya. Menarik. Di masa lalu kelompok yang sama sering mengkritiknya karena “penampilan vulgar” dan “konser yang tak senonoh.”
Mereka ialah orang yang sama yang mengolok-olok Wacko Jacko ketika ia dituduh melakukan pelecehan seksual pada tahun 1993. Ia kemudian dinyatakan tak bersalah walau harus dilecehkan 25 menit telanjang bulat untuk membuktikan bahwa ia tak bersalah, kita tetap menutup telinga terhadapnya.
Tuduhan terhadapnya tak terbukti, tapi kita, termasuk media massa, terlalu cepat mengeluarkan penilaian. Orang miskin harus membayar jutaan dalam sebuah perjanjian di luar pengadilan. Pada suatu ketika, bahkan saudarinya sendiri menuduh ia sebagai seorang pedopili. Sekarang, setelah kematiannya, si penuduh mengatakan bahwa semua itu hanya bohong belaka.
Pada tahun 2005, Michael Jackson sekali lagi coba dijerat dengan tuduhan palsu dan beberapa tuntutan lain. Kita membaca beritanya, menjatuhkan putusan kita dan lantas melupakan segalanya.
Kita menyia-nyiakan dia saat ia hidup. Sekarang saat ia meninggal dunia, kita bertengkar memperebutkan jenasahnya. Saya menulis pesan di Facebook mengatakan bahwa saya tak peduli apakah Jackson ialah seorang Kristiani, Muslim, Saksi Yehovah, dan bahwa ia lahir sebagai seorang manusia dan meninggal sedikit lebih manusiawi. Dalam tanggapan, seorang jurnalis mengomentari bahwa “faktanya bahwa ia seorang Muslim. Apapun yang mereka lakukan kepada jenasahnya, ia tetap seorang Muslim.”
Pak Jackson apakah agamamu?
Michael Paulson, yang menulis pada rubrik agama di The Boston Globe, mencoba menjawab pertanyaan ini di blognya dan berakhir dengan pengakuan bahwa kepalanya pusing sendiri. “Ia pernah menjadi seorang Saksi Yehovah. Seorang Muslim. Ia menerima Yesus sebelum kematiannya. Vatikan mencintainya, tapi apakah itu benar? Bahkan ada juga sudut pandang dari kaum Yahudi.”
Seperti yang kita ketahui bersama, Jackson dibesarkan seorang Saksi Yehovah. Saudara laki-lakinya Jermaine ialah seorang Muslim, dan ketika Jackson masih hidup ada beberapa berita mengatakan bahwa, ia juga menjadi seorang Muslim. Sementara itu, The Jewish Telegraphic Agency menawarkan versi lain cerita Jackson, yang terkait dengan Judaisme: “Ia bersahabat dengan seorang rabi, ia mencium tangan kabbalah (siapa yang tidak) dan bisa jadi bahwa setidaknya dua dari anak-anaknya secara teknis ialah Yahudi, karena mantan istri Jackson Debbie Rowe, yang dipercaya menjadi ibu biologis atas anak-anaknya, ialah Yahudi.”
Yang lebih menarik ialah apresiasi tulus dari Jackson yang dipublikasikan oleh Vatican’s L’Osservatore Romano, yang ditanggapi oleh Tom Heneghan dari Reuter, katanya: ” Tak setiap hari koran Vatikan menyatakan bahwa seorang pria yang dituduh pedopilia dan dianggap telah berpindah agama menjadi Muslim, sekaligus disebut sebagai orang suci. Tapi itulah yang L’Osservatore Romano lakukan saat ini.”
Tak semua umat Kristiani memiliki sentimen semacam itu, sayangnya. Ada orang yang justru menganggap dalam hidupnya Jackson tersesat secara spiritual. Ialah seorang pria yang menangis dengan Ibu Bumi, memimpikan perubahan dengan menjadi perubahan itu sendiri, mencoba menyembuhkan dunia dan menyatakan persatuan seluruh umat manusia. Ia bisa atau tidak bisa mengikuti label agama tertentu, tapi spiritualitas itu memang tanpa label. Ia generik, sama seperti cinta, kedamaian dan harmoni. Jackson ialah manusia pembawa damai. Ia mencintai dan ia memimpikan hubungan yang harmonis. Apakah penting ia mengikuti agama tertentu atau tidak?
Umat Hindu di Inggris berduka atas kematiannya. Mereka mengingat kunjungannya pada tahun 1999 ke sebuah kuil di barat daya Inggris di mana ia “melepas sepatunya sebelum memasuki kuil seperti para bhakta lainnya.” Time India memberitakan bahwa ia menganggap India sebagai “cinta spesial”nya, ia sedang mempersiapkan kolaborasi dengan musisi India AR Rahman, pemenang dua kali piala Oscar dan membaca puisi-puisi Rabridranath Tagore selama hari-hari terakhirnya.
Orang India juga mengingatnya karena konsernya di sana pada tahun 1996. Sebelum meninggalkan Mumbai, ia meninggalkan pesan bergerak pada para penggemarnya yang tertulis di sarung bantalnya: “India, sepanjang hidupku aku menantikan saat untuk melihat wajahmu. Aku bertemu denganmu dan masyarakatmu dan jatuh cinta kepadamu. Sekarang hatiku dipenuhi dngan penderitaan dan keputusasaan karena aku harus meninggalkanmu, tapi aku berjanji aku akan kembali untuk mencintai dan memelukmu lagi.
“Kebaikanmu telah mengguyuri diriku, kesadaran spiritualmu telah menggerakkanku, dan anak-anakmu telah menyentuh hatiku. Mereka semua ialah perwujudan wajah Tuhan. Saya amat mencintai dan menghormatimu, India. Selamanya, teruslah mencintai, menyembuhkan, dan mendidik anak-anakmu, masa depan bersinar terang atas diri mereka. Kamulah cinta sejatiku India. Selamanya, semoga Tuhan memberkati dirimu.”
Bagi orang India yang percaya pada reinkarnasi, hampir dapat dipastikan bahwa Jackson akan terlahir kembali di sana. Beberapa orang menulis surat kepada saya dari India, “Anda tahu bahwa ia berjanji akan kembali. Tak lama lagi ia akan terlahir di sini. Tak ada keraguan akan hal itu.”
Bisnis bagus buat para astrolog dan peramal di India. Saya yakin dalam setahun mendatang, beberapa orang tua akan mengakui anak mereka sebagai reinkarnasi dari Michael Jackson. Saya meramalkan banyak klaim semacam itu seperti cendawan di musim hujan, begitu pula seputar kelahiran kembali Michael Jackson di sana.
Sebagai seorang Muslim, Hindu atau Kristen India?
Tak menjadi masalah bagi teman India saya, asalkan ia terlahir sebagai seorang India.
Sepanjang hidupnya Jackson menyanyikan lagu tentang keutuhan, persatuan, dan kebutuhan untuk hidup di luar kotak konsep buatan manusia. Kita menikmati lagunya, tapi tak selalu dapat memahaminya.
Banyak orang bertengkar mengenai apa agama Jackson saat kematian menjemputnya. Jika diberi kesempatan, mereka pun akan gontok-gontokan untuk mendapatkan jenasahnya dan menguburkannya sesuai ritual agama tertentu.
Seperti halnya dalam kehidupan, dalam kematian pun Michael Jackson tetap disalah pahami. Tapi ia menghidupi hidupnya dengan caranya sendiri. Ia menyanyikan lagunya bahwa ia datang untuk menyanyi dan tetap meninggalkan kita tetap menyanyi. Tak banyak orang yang berani hidup secara berbahaya seperti yang ia telah lakukan.
Terjemahan oleh Nugroho Angkasa dari
http://thejakartaglobe.com/opinion/great-entertainer-left-religion-unanswered/316493